Software Testing: Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Cara Kerja

Daftar Isi
Daftar Isi
Software testing adalah salah satu tahap dari proses pengembangan produk digital yang bertujuan untuk menguji kualitas dan kegunaan dari suatu aplikasi atau software tersebut.

Software testing adalah proses yang perlu diaplikasikan oleh tiap pengembang atau perusahaan yang bekerja dalam pembuatan software.

Kegiatan testing ini sangat bermanfaat bagi mengurangi potensi permasalahan dari perangkat lunak yang telah dibuat dan menjamin kelayakannya.

Dalam artikel ini akan dibahas apa itu software testing, cara kerja atau tahapan dilakukannya proses testing ini, hingga jenis dan tujuannya.

Apa Itu Software Testing

Software testing adalah bagian dari proses penting dan sering digunakan dalam pengembangan perangkat lunak. Dengan bantuan pengujian perangkat lunak, perekayasa perangkat lunak dapat mengidentifikasi bug atau kesalahan dalam perangkat lunak. Fitur utama testing ini adalah memverifikasi dan memvalidasi. 

Pengujian perangkat lunak ini digunakan untuk menjawab klaim seperti bisakah perangkat lunak bekerja atau berperilaku seperti yang diiklankan? Atau bisakah perangkat ini mengatasi masalah pengguna?

Strategi pengujian software dapat dilakukan secara manual atau otomatis. Dalam strategi pengujian manual, yang merupakan pendekatan yang lebih tradisional, penguji menyiapkan serangkaian pengujian yang mereka yakini akan membuat program bekerja lebih baik. 

Salah satunya adalah pengujian manual, yang merupakan teknik pengujian di mana teknisi pengujian menyiapkan dan menjalankan kasus pengujian secara manual untuk mengidentifikasi bug perangkat lunak. Mengotomasikan pengujian perangkat lunak menggunakan bahasa skrip seperti Python, JavaScript, Tool Command Language, karena mesin dapat dengan mudah menjalankan kasus pengujian tanpa campur tangan dan perhatian manusia. 

Tujuan Software Testing

Berikut adalah beberapa tujuan software testing yang ingin perusahaan atau pengembang raih: 

  • Meningkatkan kualitas perangkat
  • Meningkatkan keamanan dalam perangkat
  • Menemukan kompatibilitas hasil perangkat lunak jika disesuaikan dengan perangkat atau platform lain
  • Memastikan fitur-fitur yang ada di dalam perangkat telah sesuai dengan kebutuhan pengguna nantinya.

Jenis-Jenis Software Testing

Jenis-jenis software testing
(Photo: Pexels)

Selain mengenal tujuan software testing, selanjutnya Anda juga perlu memahami berbagai jenis software testing yang biasa dikenal dalam bidang developer. Terdapat 6 jenis-jenis software testing yang umum diaplikasikan.

1. Software testing manual

Seperti namanya, testing manual adalah proses pengujian perangkat lunak yang dilakukan secara manual untuk mengetahui apakah fitur-fitur aplikasi berfungsi atau tidak.

Inisiatif ini biasanya mencakup meninjau semua fitur yang tercantum dalam dokumen pos.

Dengan seiring waktu, jenis software testing ini berfokus membawa prototipe dari perangkat lunak menuju pasar dan menggunakannya dengan mempertimbangkan berbagai perspektif.

2. Pengujian otomatis

Jenis software testing yang selanjutnya adalah jenis yang dapat digunakan perusahaan adalah automatic testing.

Pengujian otomatis ini sendiri mengacu pada metode pengujian yang digunakan alat otomasi khusus untuk memeriksa kesalahan yang tidak terlihat.

Saat bekerja, penguji harus menjalankan skrip pengujian dan menemukan bug sistem menggunakan alat otomasi. Beberapa alat pengujian otomasi yang terkenal untuk pengujian fungsional adalah QTP/UFT dan Selenium.

Meskipun jenis testing ini tidak dapat dilakukan secara acak, tampaknya kompleks dan efektif. Penguji harus memiliki pengetahuan dasar tentang alat otomasi dan proses kerjanya.

3. Performance testing

Jenis testing yang berikutnya juga sering digunakan, yaitu performance testing.

Kategori pengujian ini adalah proses pengujian perangkat lunak untuk kecepatan, waktu response, stabilitas, keandalan, skalabilitas, dan pemanfaatan sumber daya di bawah beban kerja tertentu.

Tujuan utama performance testing  adalah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan dalam aplikasi atau perangkat lunak. Tahap pengujian ini biasanya juga dilakukan sebelum produk resmi dirilis ke publik. 

4. Regression Testing

Berikutnya adalah pengujian regresi, jenis pengujian berlebihan yang sering dilakukan oleh banyak perusahaan besar. Tinjauan perangkat lunak ini mengacu pada tinjauan fitur-fitur baru perangkat lunak, di mana pengembang harus memeriksa apakah fitur-fitur ini memengaruhi atau membatasi fungsionalitas perangkat lunak. 

Perangkat lunak atau tidak, fungsionalitas menu, fungsi, dan perintah API dapat diverifikasi dalam pengujian.

5. Statistic Testing

Jenis software testing berikutnya adalah statistic testing. Pengujian ini dapat dilakukan oleh perusahaan ketika aplikasi belum dijalankan. 

Statistic testing ini bertugas memeriksa kualitas kode program atau dokumen yang ada selama pembangunan aplikasi. Jenis ini juga biasanya terjadi pada tahap pengembangan, sehingga tidak heran jika pengujian statistik juga sering disebut dengan pengujian verifikasi.

6. Dynamic Testing

Jenis testing yang terakhir adalah dynamic testing, dimana prosesnya dilakukan saat program sedang berjalan atau setelah pengembang mengeksekusi kode program. Proses ini nantinya dapat mendeteksi perilaku memori, kinerja, dan kualitas sistem perangkat lunak. 

Cara Kerja Software Testing

Dalam pengerjaannya, kegiatan pengujian ini terbagi menjadi beberapa tahapan. Berikut adalah 4 cara kerja software testing.

1. Continuous Testing

Tahapan atau cara kerja software testing yang pertama adalah melakukan pengujian berkelanjutan. Langkah ini terjadi saat pengujian mengintegrasikan alat otomasi ke dalam proses penerapan. 

Metode ini dilakukan untuk memvalidasi dan mengaktifkan perangkat lunak dalam lingkungan pengujian yang realistis, kemudian pengembang secara terus menerus melakukan pengujian untuk meningkatkan desain dan juga dapat mengurangi risiko kegagalan dalam produksi perangkat lunak.

2.  Configuration management

Tahapan selanjutnya adalah manajemen konfigurasi, dalam proses kerja ini sumber daya pengujian disimpan dan perangkat lunak perusahaan yang akan diuji dipantau.

Kemudian, tim yang relevan biasanya mendapatkan akses ke sumber daya seperti kode, persyaratan, dokumen desain, model, skrip pengujian dan juga hasil pengujian . melalui manajemen konfigurasi. 

3. Defect/bug tracking

Defect tracking atau bug tracking adalah tahapan pengujian aplikasi, di mana software tester akan mencari adanya bug atau eror pada sistem. Kegiatan tracking bug ini penting bagi tim pengujian dan pengembangan untuk mengukur dan meningkatkan kualitas aplikasi.

Dalam proses kerja, pengembang dan penguji dapat menggunakan alat otomatis untuk melacak bug, mengukur cakupan dan dampaknya, serta menemukan masalah terkait. 

4. Metrics dan reporting

Tahapan atau cara kerja software testing yang terakhir adalah penyelesaian metrik dan laporan yang dilakukan oleh penguji

Tahapan ini memungkinkan anggota tim berbagi status, tujuan, dan hasil tes. Serta sebuah cara untuk menjelaskan kepada para pemangku kepentingan bahwa software yang diuji ini telah siap diluncurkan. 

Level Software Testing

Terdapat 6 level software testing berdasarkan besarnya unit atau bagian yang diuji. Berikut adalah penjelasan lebih detailnya.

1. Level unit testing

Tes unit adalah bagian terkecil dari keseluruhan aplikasi yang dapat diuji. Tujuannya adalah untuk memberikan kode yang harus memenuhi persyaratan.

2. Integration testing

Dalam pengujian integrasi, kode dipecah menjadi beberapa segmen dan diuji sebagai sebuah grup. Tugas utama pengujian integrasi adalah menganalisis parameter untuk objek desain utama, seperti persyaratan kinerja, persyaratan fungsional, dan persyaratan keandalan.

3. Functional testing

Tes fungsional dapat disebut sebagai tes kotak hitam. Pada pengujian fungsional, pengujian dilakukan dengan cara memberikan masukan yang valid dan mengamati hasilnya.

4. System testing

Pengujian sistem dianggap sebagai bentuk pengujian yang lebih terbatas dan upaya untuk mendeteksi bug di unit perangkat lunak yang terintegrasi satu sama lain.

5. Acceptance testing

Ini juga dikenal sebagai pengujian penerimaan fungsional atau pengujian penerimaan lapangan karena dilakukan mengikuti prosedur pengujian penerimaan yang telah ditentukan sebelumnya untuk memberi tahu pengguna data apa yang akan digunakan setelah mengikuti prosedur langkah demi langkah.

6. Regression testing

Level software testing yang terakhir adalah pengujian regresi, aplikasi yang dikembangkan diuji dan setiap perubahan pada program baru dianalisis kesalahan atau penyimpangannya. 

Gaji Seorang Software Tester

Menurut informasi yang Anda dapatkan dari indeed.com profesi sebagai seorang software tester memiliki range gaji yang cukup besar dan belum banyak ditemukan di Indonesia. 

Range gaji yang dapat diterima adalah berkisar 9 juta, dan jumlahnya dapat terus meningkat sesuai dengan tingkat kesulitan, jenis software yang dihadapi dan aspek lainnya.

Copied To Clipboard

Bagikan Ke: