Apa itu DevOps: Sejarah, Tugas, Tools, dan Gajinya

Daftar Isi
Daftar Isi
DevOps adalah tentang bagaimana membuat siklus bekerja antara developer dan operation dapat dipermudah. Tugas seorang DevOps Engineer adalah meminimalisir hambatan yang ada sebelum akhirnya aplikasi dapat digunakan oleh users.

Terdapat proses peluncuran sebuah aplikasi atau biasa disebut juga dengan application process release. Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan atau pengembangan aplikasi adalah DevOps.

Istilah DevOps sendiri sangat luas dan mencakup segala sesuatu sehingga sulit untuk mendefinisikannya. Dalam artikel kali ini, akan membahas lebih dalam lagi mengenai DevOps.

Sebenarnya, kenapa DevOps itu penting pada application release process? Apa saja tantangan pada proses DevOps? Bagaimana kaitannya dengan DevOps Engineer? 

Definisi paling sederhana, bahwa Mengapa ada kebutuhan untuk pengembang serta operasi? Simak di bawah ini!

Apa itu Devops?

mengenal apa itu devops

DevOps adalah konsep baru yang mendapatkan banyak perhatian dan menerima banyak popularitas, serta mengambil alih cara pengembangan perangkat lunak tradisional. DevOps adalah persimpangan antara developers dan operational.

DevOps adalah serangkaian praktik yang menggabungkan pengembangan perangkat lunak dan operasinal. Ini bertujuan untuk mempersingkat siklus hidup pengembangan sistem dan memberikan pengiriman berkelanjutan dengan kualitas perangkat lunak yang tinggi.

Jadi, DevOps adalah praktik yang membantu antara deveoper dan operational untuk meminimalisir kemungkinan hambatan yang terjadi ketika proses pengembangan suatu sistem atau proses perilisan sebuah aplikasi, dengan mengupayakan hasil berkualitas tinggi.

Untuk memahami bagaimana sejarah adanya DevOps dan bagaimana DevOps membantu kerja antara developers dan tim operasional, mari kita simak lebih lanjut pembahasan di bawah ini.

Bagaimana Sejarah DevOps?

Mari kita lihat secara detail proses rilis ini mulai dari awal. Setiap kali mengembangkan aplikasi, banyak dari developers selalu memiliki aplikasi dimana sama untuk pengguna akhir.

Jadi, ini adalah tujuan utamanya, tidak masalah pendekatan apa yang kita gunakan. Kemudian pada intinya kita membuat aplikasi dimana kita ingin menggunakannya.

Kita ambil contoh, ketika kita memiliki ide bagus tentang aplikasi atau persyaratan keren, dengan kata lain kita sendiri adalah guru yang kita kodekan, dimana kita mengujinya.

Kemudian, sekarang kita memiliki aplikasi yang diuji. Pada akhirnya, sekarang setelah kita menguji aplikasinya, kita ingin menggunakannya di server publik. Kemudian, membiarkan pengguna mengaksesnya. 

Untuk itu, kita membangun serta mengemas aplikasi kita dalam semacam ekstruder dunia sehingga dapat dijalankan.

Kita dapat mengetahui server publik dengan semua kebutuhan, seperti mengunduh alat, menerapkan aplikasi, mengkonfigurasi firewall. Pada akhirnya kita meluncurkan aplikasi tersebut. Langkah terakhir, pengguna dapat mulai menggunakannya. 

Tetapi semua yang sudah dijelaskan di atas, bukanlah akhir dari perjalanan untuk sebuah aplikasi diluncurkan. Saat digunakan, kita juga harus memeriksa aplikasi kita bahwa semuanya baik-baik saja.

Atau kemungkinan jika pengguna mengalami masalah utama atau mungkin mereka mengalami bias yang tidak kita alami kembali saat menguji. 

Jadi setelah meluncurkan sebuah aplikasi, kita juga harus memastikan bahwa aplikasi tersebut dapat berjalan dengan lancar.

Pengembangan aplikasi belum selesai sampai situ saja. Setelah peluncuran awal (kodekan, uji, bangun, dan paket), kita melakukan beberapa pembaruan untuk aplikasi. Kemudian, untuk melacak pembaruan tersebut.

Untuk memhami singkat nya, Developer and Operations adalah divisi yang foksu pada bagaimana menjadikan proses pengiriman perubahan yang berkelanjutan ini sebagai siklus peningkatan tanpa akhir untuk aplikasi kita.

Tujuan DevOps

devops visualisasi

Pada tahap peluncuran aplikasi, terdapat tantangan atau penghalang jalan. Penghalang ini dapat memperlambat proses. Tidak hanya itu, ini juga dapat membuat proses peluncuran terlalu banyak usaha serta membiarkan kesalahan lolos sampai ke produksi.

Karena adanya hambatan pada proses perilisan sebuah perangkat lunak atau pun aplikasi, di situ lah tujuan DevOps berada. Tujuan DevOps adalah mengurangi atau bahkan menghilangi hambatan yang ada pada proses prilisan aplikasi.

Simak apa saja fraksi serta hambatan dalam proses peluncuran aplikasi untuk mengetahui kenapa DevOps itu penting. 

1. Mengurangi Miskomunikasi dan Kurangnya Kerjasama

Tantangan terpenting adalah miskomunikasi serta kurangnya kolaborasi antara pengembang dengan operasi. Jadi, peluncuran aplikasi memiliki dua bagian utama. Pertama, kita membuat kode aplikasi, kita menerapkan, lalu menjalankan aplikasi.

Setelah itu, developer bertanggung jawab untuk pengkodean dan menjalankannya. Kemudian, di antara keduanya, mungkin ada celah. Tetapi, kita tidak bisa menjalankannya, terlebih lagi tidak tahu cara kerjanya. 

Maka dari itu, ketika itu terjadi, para developer akan membuat kode tanpa mempertimbangkan di mana atau bagaimana kode tersebut akan diterapkan. Sementara bagian tim operational akan mencoba menerapkan tanpa benar-benar memahami apa dan mengapa mereka menerapkan.

Hal seperti ini mengakibatkan miskomunikasi antara keduanya. Komunikasi semacam ini dapat memperpanjang periode rilis atau peluncuran selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Ini juga dapat terjadi dalam proyek kompleks yang tidak terpelihara dengan baik.

Jadi, ketika developer selesai dengan fitur tersebut, bagian tim operation mulai menerapkan aplikasi nya. Tidak ada penerimaan otomatis dari developer ke tim operation yang didefinisikan dengan jelas.

Hal ini didasarkan pada birokrasi yang rumit tentang daftar periksa apa yang perlu dilengkapi dan apa yang perlu didokumentasikan dan siapa yang perlu menyetujui secara manual tentang apa yang harus diluncurkan. Maka dari itu, peran DevOps diperlukan.

2. Membangun Lingkungan Kerja yang Baik

Dalam pengaturan tradisional di mana satu tim hanya bertanggung jawab atas penipisan dan tim lainnya hanya untuk operasi (operation). Keduanya tampaknya memiliki kepercayaan yang berbeda yang membuat mereka sulit untuk bekerja sama. 

Developer ingin menggunakan fitur ini dengan cepat, itulah insentif mereka. Sementara operation ingin memastikan perubahan tersebut tidak merusak apa pun. Ini karena bagian operation diberi kepercayaan untuk menjaga stabilitas produksi.

Fokus utama mereka adalah memastikan aplikasi tersedia dan tidak macet atau terhambat. Kalau sudah begitu, berarti operator atau bagian operation perlu mengurangi kecepatan rilis dan aspek rilis baru dengan memperlambat proses. 

Kita coba ambil contoh pada kasus tertentu. Misalnya, developer mengembangkan fitur baru yang dirilis tetapi fitur ini menghabiskan begitu banyak sumber daya lingkungan sehingga server kelebihan beban dan aplikasi terhambat.

Sekarang operator perlu memperbaiki karena bagian operation yang perlu memadamkan api ketika terjadi kesalahan seperti ini. Developer bisa saja kurang berhati-hati pada perubahan yang mereka rilis.

Jadi, meskipun tujuan umum utama setiap orang adalah memberikan hasil berkualitas tinggi untuk pengguna utama dengan cepat. Dalam praktiknya, tujuan yang lebih cepat bagi setiap peran untuk melakukan pekerjaannya.

Jika seperti itu, berarti pekerjaan developer adalah melakukukan perilisan dengan cepat dan membuat fitur baru. Dalam hal ini, tugas tim operational adalah menjaga stabilitas sistem dan menolak perubahan baru yang didorong keluar. Di sini kemudian muncul konflik kepentingan antara developer dan tim operational.

3. Menjaga Keamanan dan Stabilitas Sistem

Sama seperti tim operasi yang dengan hati-hati mengevaluasi serta mengubah untuk memastikan tidak akan mempengaruhi stabilitas sistem, tim keamanan akan mengevaluasi setiap perubahan untuk memastikan perubahan tersebut tidak mempengaruhi keamanan sistem.

Kemudian, dalam pengaturan tradisional ini adalah proses birokrasi manual dimana sama dengan operasi yang memakan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu dan memperlambat proses pelepasan.

Kemudian, seperti yang disebutkan sebelumnya, DevOps adalah tentang menghapus penghalang jalan apa pun sebelum proses perilisan aplikasi.

Tugas DevOps Engineer 

devops engineer
DevOps Engineer

Jika sudah memaparkan bagaimana tantangan dan hambatan yang terjadi pada saat proses peluncuran sebuah aplikasi, kita sudah mulai paham bagaimana seorang DevOps bekerja, dan bagaimana tugas seorang DevOps Engineer. 

Itu sebabnya untuk memahami devops, alih-alih berfokus pada nama dan artinya, kita memfokuskan kembali pada apa yang coba dicapai. DevOps Engineer mencoba untuk menghapus semua penghalang proses peluncuran aplikasi dan hal-hal yang memperlambat proses apa pun itu.  

Kemudian, DevOps juga memastikan bahwa tidak terjadi proses manual yang tidak efisien, dan  membantu membuat proses yang disederhanakan sepenuhnya otomatis untuk siklus peluncuran.

Tugas DevOps bisa dilakukan secara bertahap atau menghapus satu hambatan yang ada sekaligus hingga users dapat sepenuhnya mengoptimalkan aplikasi.

DevOps Engineer bertanggung jawab untuk menjembatani kesenjangan antara tim pengembang dan tim operasional. Lebih dari itu, DevOps Engineer juga memiliki tugas penting lain untuk mendukung proses pengembangan.

Antara lain sebagai Continuous Integration yang menguji software berulang kali untuk menemukan error dan memperbaiki kode programnya. Apabila ditemukan error, maka akan lebih cepat ditangani oleh tim developer dan QA.

1. Continuous Delivery

Melakukan pengujian secara manual untuk menemukan error lainnya. Setelah pengujian selesai, tim akan melakukan lebih banyak update dan perbaikan.

2. Configuration Management

Maintenance konfigurasi pada software untuk memastikan otomatisasi dapat berjalan dengan baik. 

3. Infrastructure as a Code (IAC)

IAC merupakan manajemen infrastruktur aplikasi melalui kode yang dapat diprogram, distandarisasi, kemudian diduplikasi.

IAC ini berguna ketika data aplikasi hilang, sehingga tim tidak kesulitan membangun aplikasi lagi dari awal. Karena IAC dapat menyediakan sumber daya, mengembalikan konfigurasi, dan memulihkan data-datanya.

4. Logging

Pada bagian ini tim akan meninjau setiap aktivitas yang terjadi pada aplikasi, update, maupun error. Dari situlah DevOps akan membuat catatan penting terkait aplikasi secara realtime.

Data log ini nantinya dapat menjadi acuan untuk membantu tim DevOps memecahkan masalah dengan mengidentifikasi setiap perubahan.

5. Monitoring

Mendeteksi semua hal yang berkaitan dengan sistem, baik aplikasi maupun layanan cloud. Jika terdapat penyimpangan/anomali, tim akan mencatat dan segera memperbaikinya.

Proses ini membutuhkan hasil dari logging, karena jika tidak ada data log, monitoring tidak bisa berjalan karena kekurangan sumber data.

6. Menangani Linux fundamental dan scripting

Banyak perusahaan memilih meng-hosting aplikasinya pada sistem operasi Linux. Sebab, tools manajemen konfigurasi seperti Puppet, Chef, dan Ansible memiliki master node yang berjalan di Linux. Kemudian, DevOps Engineer juga harus menangani scripting yang umumnya menggunakan bahasa Python.

Tools Yang Digunakan

Ada berbagai tools yang dipakai DevOps untuk mendukung otomatisasi, pengelolaan kode, penyebaran, dan pengujian software. Berikut adalah lima tools yang paling sering digunakan DevOps:

1. Source Code Management

Source Code Management adalah tools yang mencakup manajemen perubahan source code atau kode sumber. Alat ini memungkinkan pengembang bekerja sama melalui repository untuk memeriksa dan mengedit kode tanpa perlu saling menulis satu sama lain yang justru dapat membuat file menjadi banyak.

Contoh tools populer yang sering dipakai di antaranya yaitu Git, Subversion, Cloudforce, Bitbucket, dan TFS.

2. Build Server

Build Server adalah alat yang berfungsi untuk mengompilasi dan mengonversi kode dalam Source Code Repository (SCR) menjadi bentuk yang dapat dieksekusi. Beberapa tools yang sering dipakai DevOps untuk melakukan fungsi ini adalah Jenkins, Artifactory, Travis CI, dan SonarQube.

3. Configuration Management

Configuration Management merupakan tools yang melibatkan otomatisasi konfigurasi dan pengelolaan infrastruktur server untuk memastikan lingkungannya sesuai dengan keadaan yang diinginkan. Contoh tools manajemen konfigurasi ini adalah Puppet, Chef, dan Ansible.

4. Virtual Infrastructure

Virtual Infrastructure memiliki API yang memungkinkan kamu membuat mesin baru yang terprogram menggunakan tools manajemen konfigurasi. Layanan ini disediakan oleh vendor cloud yang menjual infrastruktur PAAS dan private infrastructure virtual.

Contoh layanan tersebut di antaranya adalah Amazon Web Series dan Microsoft Azure.

5. Test Automation

Test Automation merupakan tools yang melibatkan otomatisasi proses pengujian perangkat lunak melalui pipeline build. Ini berguna untuk memastikan build deployable sudah dilakukan dengan benar, sehingga perubahan kode dapat diterapkan tanpa merusak fungsionalitas yang sudah ada.

Contoh tools otomatisasi pengujian ini adalah Selenium, Air, dan JUnit.

Gaji Seorang Developer & Operations

Menurut survei dari beberapa penyedia kerja, gaji DevOps Engineer di Indonesia per Desember 2023 adalah sekitar Rp13 juta – Rp45 juta dengan rata-rata gaji pokok per bulan Rp10 juta.

Glassdoor juga mengestimasi tunjangan atau pendapatan tambahan yang diperkirakan mencapai Rp17,25 juta per bulan. Pendapatan tambahan ini mencakup komisi, cash bonus, tips, dan profit sharing.

Demikian penjelasan terkait pengertian dan prospek kerja DevOps. Bagi anda yang tertarik untuk memulai karir sebagai seorang DevOps dengan bergabung bersama kami.

Kami membuka lowongan Developer & Operations. Dengan bergabung dengan kami, anda dapat mulai membangun jenjang karir DevOps yang baik. Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut.

Copied To Clipboard

Bagikan Ke: