Supply Chain Management: Tujuan, Fungsi, 3 Jenis & Tahapan

Daftar Isi
Daftar Isi
Supply Chain Management adalah salah satu bagian dari sistem informasi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dari customer, terutama pada bisnis yang berhubungan dengan manufaktur, ritel, maupun grosir. Dalam setiap bisnis, tentunya memiliki rantai pasokan yang berbeda-beda.

Di dalam sebuah perusahaan besar, rantai pasokan barang memiliki jumlah cakupan (scope) yang lebih luas dari perusahaan yang baru merintis. Untuk versi sederhananya, hanya mencakup perusahaan, konsumen, dan pemasok saja.

Nah, pada artikel kali ini akan membahas setiap hal mengenai apa itu SCM dan penerapannya dalam bisnis saat ini. Apa saja komponen dan tahapan dari SCM sesuai dengan kebutuhan industri? Kami akan menjelaskannya disini.

Apa itu Supply Chain Management

Supply chain management
Sistem Informasi © Unsplash

Dalam bahasa Indonesia, supply chain management atau yang disebut SCM berarti manajemen rantai pasok. Sehingga, arti supply chain management adalah rangkaian aktivitas bisnis yang dijalankan mulai dari tahap perencanaan, pengendalian, pengimplementasian jalannya arus produk, hingga proses distribusi produk kepada konsumen.

Dengan bantuan sistem informasi ini, diharapkan dapat membantu dalam mengoptimalkan sumber daya dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan supaya lebih optimal dan efisien. SCM sendiri termasuk ke dalam usaha yang luas dan kompleks, bergantung kepada produsen, mitra dan pemasok.  

Tujuan Supply Chain Management

Setelah mengetahui definisi sebenarnya dari supply chain, berikutnya masuk pada pembahasan mengenai tujuan dari penggunaan SCM itu sendiri. Tujuan utama dari supply chain management adalah untuk menyelaraskan setiap permintaan dengan pasokan barang yang ada. Hambatan yang dapat terjadi disebabkan karena faktor pengadaan barang, manajemen pemasok, pengelolaan hubungan dengan pelanggan (CRM), hingga manajemen risiko yang kurang baik.

Fungsi Supply Chain Management

Fungsi dari manajemen rantai pasok yang pertama adalah untuk mengubah barang baku (mentah) menjadi barang jadi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dari konsumen. Fungsi ini sangat berkaitan dengan biaya pembelian barang baku, biaya penyimpanan, transportasi, dan lain sebagainya. 

Manajemen rantai pasok juga berfungsi sebagai alat untuk melakukan mediasi pasar, dimana dapat menghubungkan perusahaan dengan distributor produk tersebut. Dan fungsi yang terakhir yaitu, mampu untuk memastikan dan mengelola pembiayaan terkait dengan survey pasar, perencanaan produk, hingga biaya lain diluar pembayaran fisik.

Jenis-Jenis Supply Chain Management

Secara umum, tujuan dari penerapan manajemen rantai pasokan adalah untuk mengoptimalkan biaya sehingga produk yang dihasilkan dapat memberikan keuntungan maksimal. Selain itu, produk yang didistribusikan harus sampai ke tangan pelanggan dengan baik.

Untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen rantai pasokan menerapkan berbagai jenis sesuai kebutuhan, berikut adalah jenis-jenis supply chain management.

1. Upstream Supply Chain

Jenis ini menekankan pada proses pengadaan barang. Dengan demikian, ketika pelanggan membutuhkannya, perusahaan akan cepat dalam menyediakan produk yang diperlukan.

2. Internal Supply Chain

Internal supply chain berfokus pada proses-proses di dalam perusahaan. Hal-hal yang dikelola mencakup seluruh tahapan produksi, mulai dari pengadaan barang hingga pengelolaan stok produk.

3. Downstream Supply Chain

Downstream supply chain lebih berfokus pada aspek pemasaran dan distribusi produk.

Komponen Dasar Supply Chain Management

Konsep ini terkait dengan pola distribusi produk yang mampu menggantikan cara distribusi yang ada dengan cara yang lebih optimal. Pola ini berhubungan erat dengan jadwal produksi, aktivitas distribusi, dan logistik. Dengan demikian, dalam pelaksanaannya, manajemen rantai pasokan (SCM) memiliki beberapa komponen yang terlibat.

Komponen tersebut tidak hanya mencakup manufaktur dan pemasok, tetapi juga melibatkan berbagai pihak seperti pengecer, grosir, produsen, hingga konsumen. Berikut adalah komponen-komponen tersebut.

1. Perencanaan (Plan)

Keberhasilan SCM dapat dicapai melalui proses penentuan strategi dan tujuan yang jelas. Hal ini penting untuk memastikan efisiensi dan efektivitas dalam hal biaya dan kualitas produk.

2. Source

Dalam hal ini, perusahaan harus memilih pemasok bahan baku yang terbaik. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan harga yang sesuai di pasar, mengelola pengiriman, pembayaran bahan, dan menjaga hubungan yang baik dengan pemasok. Tanpa upaya tersebut, bahkan bahan baku berkualitas tinggi pun tidak akan dapat dimanfaatkan secara optimal.

3. Produksi (Make)

Tahap ini merupakan salah satu yang paling krusial dalam keseluruhan proses SCM, yaitu bagian dari manufaktur. Penting untuk menyusun jadwal kegiatan yang diperlukan dalam proses produksi, pengujian, pengemasan, hingga persiapan untuk pengiriman produk yang dapat berupa barang maupun jasa.

4. Distribusi (Deliver)

Setelah produk barang atau jasa diproduksi, langkah selanjutnya adalah mendistribusikannya. Oleh karena itu, pengelolaan gudang penyimpanan, pemilihan distributor pengiriman (ekspedisi), dan sistem pembayaran juga memegang peranan penting.

5. Pengembalian (Return)

Terakhir, selain mendapatkan imbalan berupa uang atau pembayaran yang pasti akibat tercapainya kebutuhan konsumen, penting juga untuk membangun jaringan yang fleksibel dan responsif terhadap produk kita.

Hal ini bisa berupa layanan keluhan, diskusi kelompok terfokus, atau acara berkumpul pada momen tertentu. Dengan demikian, kita dapat menilai kinerja bisnis yang telah dilakukan dan melihat apakah telah sesuai dengan tujuan awal yang ditetapkan dalam SCM.

Prinsip Supply Chain Management

Supply chain management memiliki beberapa prinsip yang berkaitan dengan koordinasi alur produksi, hubungan dengan supplier, dan distribusi produk kepada customer. Selain aspek fisik, koordinasi dalam manajemen rantai pasokan juga mencakup aspek virtual, seperti penyediaan layanan perangkat lunak.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip SCM:

  • Mengidentifikasi kebutuhan atau permintaan customer sebagai dasar pengambilan keputusan.
  • Membangun hubungan yang baik dengan supplier.
  • Memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung seluruh rantai pasokan, mulai dari produksi, distribusi, hingga promosi produk.
  • Mengamati target pasar dan mendasarkan perencanaan produk pada hasil observasi tersebut.
  • Mengetahui preferensi customer agar dapat menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan..
  • Mengelola aliran informasi agar lancar dan terarah di seluruh rantai pasokan.
  • Memanfaatkan teknologi informasi untuk mengukur kinerja rantai pasokan dan sebagai alat evaluasi.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, manajemen rantai pasokan dapat dijalankan dengan lebih efektif dan efisien, sehingga membantu meningkatkan kepuasan pelanggan serta kinerja keseluruhan perusahaan.

Tahapan Manajemen Rantai Pasok

Terdapat setidaknya enam proses untuk menerapkan supply chain management dengan baik. Berikut ini merupakan beberapa penjelasan berkaitan dengan alur SCM pada bisnis.

1. Customer (Pelanggan)

Pada tahap yang pertama, dimulai dari konsumen atau customer yang memesan barang kepada produsen. Disaat melakukan pemesanan, customer juga memberikan informasi yang berhubungan dengan produk yang dipesan tersebut. Informasi yang disampaikan dapat berupa jumlah produk yang dipesan, dan tanggal pengiriman produk tersebut.

2. Planning (Persiapan)

Setelah pesanan diterima oleh pihak produsen, selanjutnya akan masuk pada tahap perencanaan. Dimana, setiap tim atau departemen yang terlibat dapat membuat strategi atau rencana produksi produk yang diminta klien. Selain itu, tim produksi juga bertanggung jawab dalam menyediakan bahan baku sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

3. Purchasing (Transaksi)

Pada tahap yang ketiga dari SCM, masuk dalam tahapan pembelian bahan baku produk. Proses ini akan dilakukan oleh tim atau departemen pembelian sesudah menerima rincian rencana produksi dari tim perencanaan. 

Setelah itu, tim pembelian akan mengontak atau menghubungi pihak pemasok untuk melakukan pembelian bahan baku dan pendukung. Departemen ini juga memiliki tugas untuk mencatat tanggal penerimaan dan jumlah bahan baku yang sudah dibeli. 

4. Inventory (Bahan Baku)

Pada tahap yang keempat, masuk pada tahapan setelah bahan baku telah berhasil diperoleh, yaitu inventaris. Dan langkah selanjutnya, bahan tersebut akan diolah dan dimasukkan ke dalam pabrik untuk dilakukan pemeriksaan kualitas. Jika kualitas bahan telah memenuhi, maka bahan baku tersebut akan disimpan di dalam gudang penyimpanan.

5. Production (Produksi)

Pada tahap supply chain management yang kelima ini, masuk pada tahapan produksi barang. Yang mana, tahap ini akan memproses antara bahan baku dan pendukung untuk dijadikan sebagai produk yang dipesan oleh pihak customer. Setelah sistem penggabungan selesai, bahan jadi yang telah selesai diproses akan tersimpan kembali di dalam gedung.

6. Delivery (Pengiriman)

Untuk tahapan manajemen rantai pasok yang terakhir merupakan proses pengiriman barang yang telah tersimpan dalam pabrik untuk didistribusikan kepada tiap pemesan atau konsumen produk. Kemudian, produk tersebut akan dikirimkan sesuai dengan tanggal pengiriman yang diminta klien. Dan tugas utama dari kurir akan memastikan bahwa setiap barang akan terkirim sesuai dengan pemesannya.

Strategi Supply Chain Management

Topik yang selanjutnya masuk pada pembahasan mengenai strategi yang tepat untuk menjalankan sebuah supply chain management. Untuk membangun rantai pasok yang baik maka harus menerapkan dua strategi bisnis ini.

Pertama, anda harus membangun hubungan baik dengan pemasok bahan baku. Tidak hanya pelanggan saja, pemasok juga termasuk ke dalam mata rantai dalam pengelolaan manajemen supply chain. Dengan adanya hubungan yang baik dengan mitra, maka dapat memperbesar peluang untuk mendapatkan keuntungan dengan mitra bisnis yang lain. 

Dan strategi bisnis yang kedua adalah dengan meningkatkan pelayanan terhadap kepuasan pelanggan (customer). Apabila customer merasa puas dengan pelayanan yang anda tawarkan, maka pelanggan tersebut dapat melakukan pemesanan ulang kepada perusahaan anda.

Contoh perusahaan yang menerapkan supply chain management dengan strategi diatas yaitu industri yang bergerak di bidang transportasi dan pengemasan produk (manufaktur). Tentunya, sistem informasi berbasis SCM ini juga dapat dikembangkan oleh perusahaan rintisan atau startup yang menciptakan sistem perangkat lunak khusus untuk menawarkan solusi terkait supply chain management.

Baca juga: Sistem Informasi Manajemen: Arti, Fungsi, Tahapan, & Contoh

Perbedaan Logistik dengan Supply Chain Management

Mungkin bagi sebagian orang, kedua istilah ini dianggap memiliki pengertian yang sama. Namun, sebenarnya sangat berbeda, dimana logistik sendiri adalah komponen dari manajemen rantai pasok. Logistik berfokus pada pemindahan material atau produk dengan cara yang paling efektif dan efisien di tempat dan waktu yang sesuai. Sedangkan, untuk SCM melibatkan suatu kegiatan yang lebih luas lagi, mulai dari tahap perencanaan hingga distribusi produk.

Manfaat Supply Chain Management

Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari adanya sistem informasi berbasis SCM, Diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Menjaga hubungan bisnis antar perusahaan terkait

Kerja sama merupakan kunci keberhasilan untuk meningkatkan omset penjualan suatu produk. Dimana relasi yang didapatkan akan semakin meningkat dengan perusahaan rekanan. Oleh karena itu, anda perlu untuk memastikan hubungan dengan mitra maupun perusahaan rekanan tetap berjalan dengan baik dan harmonis.

2. Menjaga kepuasan dari customer

Menjaga dan meningkatkan kepuasan dari customer merupakan kunci dalam meningkatkan SCM itu sendiri. Dengan adanya manajemen yang baik, maka dapat meningkatkan kemungkinan untuk pelanggan dapat kembali memesan produk yang anda tawarkan.

3. Mencapai efisiensi biaya pada seluruh tahapan

Dengan menggunakan supply chain management, perusahaan anda dapat menghemat biaya pengeluaran seminimal mungkin. Sehingga untuk keperluan pengeluaran dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang dianggap penting. 

4. Memenangkan persaingan pasar

Dengan penerapan sistem informasi yang tepat, maka dapat mendukung kualitas dan produksi perusahaan menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut dapat dikerjakan jika, rantai pasokan menyediakan kebutuhan produk yang murah, bervariasi, dan berkualitas.

Jadi, supply chain management adalah suatu rangkaian bisnis mulai yang dimulai dari tahap perencanaan hingga tahap distribusi produk untuk mengoptimalkan sumber daya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Menarik sekali ya informasi mengenai supply chain management ini? Nantikan informasi menarik lainnya di artikel selanjutnya, ya!

Sekawan Media menyedikanan layanan pembuatan aplikasi supply chain management. Jika anda memiliki proyek, silakan hubungi tim kami melalui kontak yang telah tersedia.

Contoh Supply Chain Management

Dengan pergeseran operasional bisnis ke platform digital, rantai pasokan juga mengalami transformasi. Oleh karena itu, penting untuk membedakan contoh manajemen rantai pasokan antara perusahaan konvensional dan e-commerce.

Perusahaan Konvensional

Rantai pasokan perusahaan konvensional biasanya terdiri dari enam tahap berikut ini.

1. Pengadaan Bahan Baku

Rantai pasokan suatu produk biasanya dimulai dari tahap pengadaan bahan baku. Dalam proses ini, dilakukan seleksi bahan baku agar sesuai dengan standar kualitas yang diinginkan. Sebelum pengadaan, perencanaan terkait target produksi biasanya sudah dilakukan. Oleh karena itu, jumlah bahan baku yang disediakan merujuk pada target produksi yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Pengiriman Bahan Baku ke Pabrik

Penyediaan bahan baku pada tahap ini biasanya dilakukan oleh mitra logistik yang kemudian mengirimkan bahan mentah tersebut kepada pemasok. Pemasok akan mengolah bahan mentah dan menjualnya secara grosir kepada perusahaan atau pabrik yang memerlukan. Sebuah pemasok biasanya tidak hanya melayani satu perusahaan, kecuali terdapat kesepakatan kerjasama di antara mereka.

3. Proses Produksi di Pabrik

Setelah bahan mentah diterima di pabrik, tahap selanjutnya adalah proses produksi. Bahan baku kemudian diproses lebih lanjut menjadi produk akhir atau barang jadi.

4. Pendistribusian Barang

Produk akhir yang telah siap akan masuk ke tahap distribusi. Distributor biasanya mengirim barang dari pabrik ke retailer atau pedagang eceran.

5. Pedagang Ritel

Saat produk tiba di tangan pedagang ritel, barang tersebut akan dipajang dan dipasarkan untuk menarik pembeli dari konsumen akhir.

6. Pengadaan Bahan Baku

Tahap ini dianggap sebagai titik akhir dari rantai pasokan. Namun, ketika konsumen akhir membeli produk dari pedagang ritel, siklus rantai pasokan sebenarnya masih berlanjut. Permintaan dari konsumen akhir akan mendorong perusahaan untuk kembali ke tahap awal, yaitu pemilihan bahan baku. Jadi, siklus rantai pasokan terus bergerak.

Perusahaan e-commerce­

Perusahaan e-commerce, seperti perusahaan tradisional, perlu mengatur rantai pasokan untuk mengantar produk ke tangan konsumen akhir.

Namun, karena karakteristik bisnis yang berbeda, proses manajemen rantai pasokan pada perusahaan e-commerce tidak sama dengan yang diterapkan di perusahaan konvensional. Berikut adalah contoh manajemen rantai pasokan untuk perusahaan e-commerce.

1. Transaksi di e-commerce

Sangat berbeda dengan perusahaan tradisional, transaksi oleh konsumen akhir dilakukan di awal rantai pasokan. Pertama, konsumen melakukan transaksi atau checkout di situs e-commerce.

Seperti yang diketahui, konsumen dapat melihat, memilih, dan membeli produk yang dijual di e-commerce secara langsung.

2. Penyelesaian Pembayaran dan Proses Pemesanan

Sebelum produk dapat dipesan dengan sukses, konsumen harus menyelesaikan proses pembayaran terlebih dahulu. Pada tahap ini, terdapat alur lain dalam rantai pasokan, karena pembayaran umumnya dilakukan melalui e-wallet atau transfer bank.

3. Pengambilan produk dari Gudang

Setelah pesanan berhasil dilakukan, proses pengambilan produk dari gudang persediaan pun dimulai. Pihak gudang harus memastikan bahwa barang yang dipesan ada dan siap untuk dikirimkan kepada konsumen.

4. Proses Pengiriman

Sebagian besar pengiriman produk yang dipesan di e-commerce dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu perusahaan logistik.

Di sini, perbedaan dengan perusahaan konvensional sangat jelas, di mana produk dikirim langsung ke konsumen akhir, bukan melalui pedagang ritel.

5. Konsumen Akhir atau Pelanggan

Akhir dari rantai pasokan ini serupa dengan yang ada di perusahaan tradisional, yaitu pada konsumen akhir. Jika pelanggan merasa puas dengan produk yang diterima, mereka biasanya akan melakukan pemesanan ulang, sehingga siklus rantai pasokan terus berlanjut.

Copied To Clipboard

Bagikan Ke: