Sekawan Media, Start-up IT yang berdiri pada tahun 2013. Sembilan tahun bukanlah waktu yang singkat, perubahan demi perubahan dilakukan setiap saat hingga mengantarkan Sekawan Media ke titik ini. Namun, hal tersebut dirasa tidak cukup bagi perusahaan. Sekawan Media harus terus menyusun strategi untuk pencapaian yang lebih tinggi.
Town Hall Pertama Sekawan Media
Pada 5 Juli 2022, Sekawan Media mengadakan “Town Hall Meeting” di gedung perusahaan yang beralamat di Jalan Danau Maninjau Raya, Malang. Town Hall Meeting merupakan rapat yang dilaksanakan setiap kuartal dalam satu tahun untuk melaporkan progress dan kendala dari setiap divisi. Kali ini, Town Hall Meeting mengusung tema “Get Ready for The Transformation”. Asmaullahil Husna, selaku CEO dari PT. Sekawan Media Informatika, menyampaikan bahwa perusahaan saat ini bertekad untuk menjangkau pasar dalam skala global. Oleh karena itu, diharapkan setiap elemen bisa terus beradaptasi dengan perubahan yang dinamis.
“Palugada” atau “Apa lu mau, gua ada.” merupakan popular term pada dunia bisnis untuk menyebut model bisnis yang tidak membatasi jenis layanan yang diminta oleh konsumen. Sekawan Media mengadopsi model tersebut hingga kuartal kedua di tahun ini. Implikasinya, jenis permintaan yang luas justru menyebabkan perusahaan kurang fokus dalam pelayanan dan segmentasinya menjadi kurang detail. Merespons ini, Michelle Firstiant, Manajer Tim Business Development menyampaikan bahwa Tim Business Development akan berfokus pada strategi “Rebrand to Company Segmented” dimana perusahaan akan menargetkan perusahaan bisnis dan enterprise sebagai targeted consumer. Hal tersebut diharapkan dapat membantu perusahaan untuk menciptakan brand awareness masyarakat terhadap Sekawan Media.
Rencana dan Masalah yang Dihadapi
Rencana yang baik harus didukung oleh eksekutor yang baik, kedua hal tersebut saling melengkapi. Moch Najib, Manajer Tim Service, menjabarkan rencananya, yakni “Create Manpower Planning”. Istilah tersebut berarti Tim Service bersiap untuk merencanakan sumber daya manusianya demi tercapainya obyektif meningkatkan pendapatan perusahaan. Namun, dalam realisasinya, tim menghadapi kendala yaitu kurangnya jumlah sumber daya manusia pada tim dan pelamar posisi yang kurang memenuhi standar. Oleh karena itu, Tim Service menyiapkan “Project Specialist Training” dimana setiap sumber daya manusia akan mendapatkan pelatihan yang sesuai dengan standar.
Permintaan yang terus bertambah dari pelanggan kadang kala membuat Tim Quality Assurance harus bekerja ekstra. M. Ali Imron, Manajer Tim Quality Assurance menuturkan permasalahan yang menjadi perhatian setiap tahunnya, yakni adanya permintaan layanan tambahan di luar perjanjian. Tim Quality Assurance merencanakan mekanisme terperinci untuk mengurangi dan menghadapi kondisi tersebut. penyesuaian format dan standar menjadi kunci untuk mencapai tujuan tersebut.
Permasalahan lain datang dari Tim Human Resources yang dihadapkan dengan permasalahan “Lack of Qualified Candidate”. Rebecca, selaku perwakilan dari Human Resources menyampaikan rencana untuk mengatasi hal tersebut melalui sejumlah strategi diantarannya; menyesuaikan mekanisme hiring, berkolaborasi dengan mitra penyedia SDM, berkolaborasi dengan kampus merdeka, bekerjasama untuk membangun TEFA (Teaching Factory) dengan beberapa instansi pendidikan, hingga memanfaatkan recruitment channel lainnya. Harapannya, kedepan strategi tersebut dapat memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang lebih berkualitas di Sekawan Media.
“If you fail to plan, you’re planning to fail.”,
sebuah kata mutiara yang dikenalkan oleh tokoh revolusioner Amerika, Benjamin Franklin. Kalimat tersebut mengisyaratkan arti bahwa “Jika kita tidak mempersiapkan rencana, maka kita berencana untuk gagal.” Eko Dedy Purnomo selaku Founder dari Sekawan Media mengutip kalimat tersebut sebagai penutup epik Town Hall Meeting kali ini, beliau menegaskan bahwa
“semakin besar rencana yang dibuat, maka semakin besar pula usaha yang harus dilakukan.”
Demi kemajuan Sekawan Media, setiap anggota tim harus siap bertransformasi ke arah yang lebih baik. So, the question is… are you ready for the transformation?