Metode Waterfall: Pengertian, Kelebihan, Tahapan & Contoh

Daftar Isi
Daftar Isi
Metode waterfall adalah salah satu jenis model pengembangan aplikasi dan termasuk ke dalam classic life cycle (siklus hidup klasik), yang mana menekankan pada fase yang berurutan dan sistematis.

Terdapat banyak sekali jenis model pengembangan perangkat lunak atau yang sering disebut dengan SDLC (Software Development Life Cycle). Metode waterfall adalah salah satu model pengembangan yang saat ini cukup populer dan banyak digunakan oleh para pengembang software.

Untuk artikel kali ini, kami akan membahas lebih jauh mengenai apa itu metode waterfall, disertai dengan sejarah, tahapan, hingga kelebihan dan kekurangannya. Untuk kedepannya, kami berharap anda juga dapat mencoba menerapkan model waterfall dalam mengerjakan proyek bisnis IT anda.

Apa itu Metode Waterfall

Metode waterfall
©Freepik

Metode waterfall adalah salah satu jenis model pengembangan aplikasi dan termasuk ke dalam classic life cycle (siklus hidup klasik), yang mana menekankan pada fase yang berurutan dan sistematis.

Untuk model pengembangannya, dapat dianalogikan seperti air terjun, dimana setiap tahap dikerjakan secara berurutan mulai dari atas hingga ke bawah. 

Jadi, untuk setiap tahapan tidak boleh dikerjakan secara bersamaan. Sehingga, perbedaan dari metode waterfall dengan metode agile terletak pada tahapan SDLC -nya.

Model ini juga termasuk ke dalam pengembangan perangkat lunak yang terbilang kurang iteratif dan fleksibel, karena proses yang mengarah pada satu arah saja seperti air terjun.

Pengertian Metode Waterfall Menurut Para Ahli

Kami juga akan memberikan sedikit contoh fase SDLC model waterfall, menurut para ahli:

A. Metode Waterfall Menurut Pressman

Metode waterfall menurut pressman
Tahapan metode Waterfall menurut Pressman. Sumber: Universitas Negeri Yogyakarta

Pressman memberikan definisi metode waterfall sebagai model pengembangan sekuensial yang sistematis dan berurutan dalam pembangunan perangkat lunak.

Prosesnya mengikuti alur dari analisis, desain, kode, pengujian, hingga pemeliharaan. Berikut adalah penjelasan tahapan metode waterfall menurut Pressman:

  • Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak: Tahap ini merupakan pengumpulan kebutuhan perangkat lunak, di mana pengembang harus memahami apa yang dibutuhkan oleh pengguna. Tujuan dari tahap ini adalah untuk merangkum keinginan pengguna.
  • Desain: Setelah analisis selesai, fokus pengembang beralih ke tahap desain, yang mencakup struktur data, arsitektur perangkat lunak, antarmuka, dan prosedur pengkodean.
  • Implementasi (Pembuatan Kode): Tahap ini melibatkan pembuatan kode secara mekanis. Hasil akhir dari implementasi ini adalah sistem informasi yang sesuai dengan keinginan sebelumnya.
  • Pengujian: Tahap terakhir menurut Pressman adalah pengujian, yang dilakukan untuk menilai kesesuaian hasil akhir dengan tahapan-tahapan sebelumnya.

B. Metode Waterfall Menurut Sommerville

Metode watefall menurut sommerville
Tahapan metode Waterfall menurut Sommerville. Sumber: repository.upi.edu

Sommerville menggambarkan metode waterfall sebagai serangkaian tahapan utama yang secara langsung mencerminkan dasar pembangunan suatu kegiatan. Tahapan-tahapan metode waterfall menurut Sommerville dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Requirement Definition (Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak): Tahap ini sebelumnya dilakukan perancangan, di mana kebutuhan-kebutuhan untuk pembuatan perangkat lunak dikumpulkan. Analisis dilakukan untuk memahami sifat perangkat lunak yang akan dibuat, termasuk antarmuka.
  • System and Software Design (Desain): Setelah analisis awal selesai, langkah selanjutnya adalah merancang perangkat lunak. Proses desain ini akan menerjemahkan syarat atau kebutuhan yang telah dianalisis sebelumnya sebelum tahap implementasi kode dimulai.
  • Implementasi dan Unit Testing (Kode): Desain yang telah dibuat kemudian diterjemahkan ke dalam kode program menggunakan bahasa pemrograman yang dipilih oleh pengembang.
  • Integration and System Testing: Pengujian dilakukan untuk memastikan bahwa kesalahan yang mungkin muncul sudah minimal, dan perangkat lunak hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
  • Operation and Maintenance: Setelah diluncurkan, perangkat lunak terus dipantau oleh pengembang, dan jika perlu, layanan sistem dapat ditingkatkan.

Sejarah Metode Waterfall

Penggunaan metode waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Herbert D. Benington di Symposium on Advanced Programming Method for Digital Computers pada tanggal 29 Juni 1956.

Presentasi tersebut menjelaskan tentang pengembangan perangkat lunak untuk SAGE (Semi Automatic Ground Environment).

Pada tahun 1983, dipresentasikan kembali oleh Benington dan menjelaskan tentang fase – fase dalam proses pengembangannya.

Kemudian, pada tahun 1985, Departemen Pertahanan Amerika Serikat juga menggunakan metode ini dengan beberapa tahapan yang digunakan, terdiri dari 6 fase, yaitu: Preliminary design, Detailed design, Coding and unit testing, Integration, dan Testing.

Tahapan Metode Waterfall

Tahapan metode waterfall
Model tahapan Metode Waterfall. Source: Universitas Medan Area

Setelah mengetahui apa itu metode waterfall, selanjutnya masuk pada pembahasan mengenai tahapan metode waterfall.

1. Requirement

Tahapan metode waterfall yang pertama adalah mempersiapkan dan menganalisa kebutuhan dari software yang akan dikerjakan.

Informasi dan insight yang diperoleh dapat berupa dari hasil wawancara, survei, studi literatur, observasi, hingga diskusi.

Biasanya di dalam sebuah perusahaan, tim analis akan menggali informasi sebanyak – banyaknya dari klien atau user yang menginginkan produk beserta dengan kebutuhan sistemnya. Selain itu, juga dapat mengetahui setiap batasan dari perangkat lunak yang akan dibuat.

2. Design

Tahap yang selanjutnya adalah pembuatan desain aplikasi sebelum masuk pada proses coding. Tujuan dari tahap ini, supaya mempunyai gambaran jelas mengenai tampilan dan antarmuka software yang kemudian akan dieksekusi oleh tim programmer.

Untuk proses ini, akan berfokus pada pembangunan struktur data, arsitektur software, perancangan interface, hingga perancangan fungsi internal dan eksternal dari setiap algoritma prosedural.

Tim yang mengerjakan tahap ini, biasanya lebih banyak menggunakan UI/UX Designer, atau orang yang memiliki kemampuan dalam bidang desain grafis atau Web Designer. 

3. Implementation

Tahapan selanjutnya metode waterfall adalah implementasi kode program dengan menggunakan berbagai tools dan bahasa pemrograman sesuai dengan kebutuhan tim dan perusahaan.

Jadi, pada tahap implementasi ini lebih berfokus pada hal teknis, dimana hasil dari desain perangkat lunak akan diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman melalui tim programmer atau developer.

Di dalam tahap pengembangan, biasanya dibagi lagi menjadi 3 tim yang memiliki tugas yang berbeda. Pertama ada front end (untuk client side), backend (untuk server side), dan full stack (gabungan antara front end dan backend).

Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan lebih dalam terkait dengan modul yang sudah dibuat, apakah berjalan dengan semestinya atau tidak.

4. Integration & Testing

Tahap yang keempat, masuk dalam proses integrasi dan pengujian sistem. Pada tahap ini, akan dilakukan penggabungan modul yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya.

Setelah proses integrasi sistem telah selesai, berikutnya masuk pada pengujian modul.

Yang bertujuan untuk mengetahui apakah perangkat lunak sudah sesuai dengan desain, dan fungsionalitas dari aplikasi apakah berjalan dengan baik atau tidak.

Jadi, dengan adanya tahap pengujian, maka dapat mencegah terjadinya kesalahan, bug, atau error pada program sebelum masuk pada tahap produksi.

Orang yang bertanggung jawab untuk melakukan testing adalah QA (Quality Assurance) dan QC (Quality Control).

5. Operation & Maintenance

Tahapan metode waterfall yang terakhir adalah pengoperasian dan perbaikan dari aplikasi. Setelah dilakukan pengujian sistem, maka akan masuk pada tahap produk dan pemakaian perangkat lunak oleh pengguna (user).

Untuk proses pemeliharaan, memungkinkan pengembang untuk melakukan perbaikan terhadap kesalahan yang ditemukan pada aplikasi setelah digunakan oleh user.

Jadi, pada intinya model waterfall ini dalam proses pemakaiannya mengikuti prinsip dari air terjun. Di mana setiap pekerjaan akan dilakukan secara berurutan mulai dari atas hingga ke bawah. Hal tersebut yang merupakan karakteristik dari SDLC ini. 

Baca juga: Software Development dan Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Contoh Metode Waterfall

Berikut adalah contoh dari metode waterfall:

1. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak

Analisis kebutuhan dilakukan melalui wawancara dengan koordinator BK SMA A. Data-data seputar alumni seperti total lulusan, alumni yang bekerja, dan yang melanjutkan studi diperoleh dari wawancara tersebut.

2. Desain

Perancangan sistem menggunakan Entity Relationship Diagram (ERD) seperti Use Case dan Sequence.

3. Implementasi

Sistem informasi akan dikembangkan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan Framework CodeIgniter.

4. Uji Sistem

Pengujian sistem dilakukan terhadap aspek fungsionalitas, melibatkan ahli sistem informasi, petugas administrator, dan langsung melibatkan alumni.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan akan dijalankan ketika terdapat pembaruan fitur atau perbaikan kesalahan yang ditemukan selama penggunaan sistem oleh pengguna.

Kelebihan Metode Waterfall

Berikut ini merupakan beberapa kelebihan yang dimiliki oleh metode waterfall, antara lain:

1. Workflow yang jelas

Dengan menggunakan model SDLC jenis ini, mempunyai rangkaian alur kerja sistem yang jelas dan terukur. Masing – masing tim, memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidang keahliannya. Serta dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Hasil dokumentasi yang baik

Waterfall merupakan pendekatan yang sangat metodis, dimana setiap informasi akan tercatat dengan baik dan terdistribusi kepada setiap anggota tim secara cepat dan akurat.

Dengan adanya dokumen, maka pekerjaan dari setiap tim akan menjadi lebih mudah, serta mengikuti setiap arahan dari dokumen tersebut. 

3. Dapat menghemat biaya

Kelebihan yang selanjutnya tentu saja dari segi resource dan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan model ini.

Jadi, dalam hal ini klien tidak dapat mencampuri urusan dari tim pengembang aplikasi. Sehingga pengeluaran biaya menjadi lebih sedikit.

Berbeda dengan metode Agile, yang mana klien dapat memberikan masukan dan feedback kepada tim developer terkait dengan perubahan atau penambahan beberapa fitur. Sehingga perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar daripada Waterfall.

4. Digunakan untuk pengembangan software berskala besar

Metode ini dinilai sangat cocok untuk menjalankan pembuatan aplikasi berskala besar yang melibatkan banyak sumber daya manusia dan prosedur kerja yang kompleks.

Akan tetapi, Model ini juga dapat digunakan untuk proyek berskala kecil dan menengah. Tentu saja disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan proyek yang diambil.

Baca juga: Penjelasan Lengkap Metode Agile dalam Pengembangan Perangkat Lunak

Kelemahan dari Metode Waterfall

Berikut ini terdapat beberapa kelemahan dari metode waterfall, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Membutuhkan tim yang solid

Untuk menggunakan model SDLC ini, tentu saja membutuhkan dukungan dari setiap stakeholders yang ada. Setiap tim harus mempunyai kerja sama dan koordinasi yang baik.

Dikarenakan, apabila salah satu tim tidak dapat menjalankan tugas dengan semestinya, maka akan sangat berpengaruh terhadap alur kerja tim yang lain. 

2. Masih kurangnya fleksibilitas

Semua tim dituntut untuk bekerja sesuai dengan arahan dan petunjuk yang telah ditetapkan di awal. Sehingga, klien tidak dapat mengeluarkan pendapat dan feedback kepada tim pengembang. Klien hanya dapat memberikan masukan pada tahap awal perancangan sistem perangkat lunak saja.

3. Tidak dapat melihat gambaran sistem dengan jelas

Dengan model waterfall, customer tidak dapat melihat gambaran sistem secara jelas. Berbeda dengan model agile yang dapat terlihat dengan baik meskipun masih dalam proses pengembangan. 

4. Membutuhkan waktu yang lebih lama

Proses pengerjaan dengan menggunakan waterfall terbilang cukup lama jika dibandingkan dengan model SDLC yang lain.

Karena, tahapan pengerjaan aplikasi yang dilakukan satu per satu membuat waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama.

Sebagai contoh, tim developer tidak akan bisa melakukan proses coding jika tim designer belum menampilkan tampilan desain dari aplikasi.

Itulah dia penjelasan lengkap tentang apa itu metode waterfall beserta manfaat dan tahapannya yang perlu Anda ketahui.

Metode waterfall adalah model pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara berurutan dan sangat sistematis.

Untuk proses pengerjaannya sendiri, dapat dilakukan dengan berbagai tim proyek yang dibagi sesuai dengan keahlian masing – masing.

Setidaknya, terdapat 5 fase dalam tahapan metode waterfall, yaitu analisa kebutuhan, desain, implementasi, integrasi & pengujian, serta operasi dan pemeliharaan.

Sekarang, Anda sudah mengetahui kelebihan dari metode ini, salah satunya untuk digunakan sebagai pengembang software berskala besar.

Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika Anda menerapkan metode ini untuk aplikasi Anda. Sekawan Media dapat membantu Anda dalam layanan jasa pembuatan software custom dan profesional terbaik di Malang. Jika Anda tertarik, segera kunjungi website kami sekarang juga!

Copied To Clipboard

Bagikan Ke: